Penyuluhan Keamanan Pangan, Salah Satu Syarat mendapatkan PIRT

Saudara-saudara, good news nie, buatku sih hehe Setelah sekian lama bergalau-ria, akhirnya daku memutuskan untuk fokus di sambal roa dan abon roa. Sebetulnya si sambal roa sudah mulai sejak tahun lalu tapi on off gitu mengikuti moodku yang on off. Tapi kali ini rasanya gak boleh mood-moodan lagi, kalau tetap mood-moodan, si income juga bakalan mood-moodan hahaha

Setelah memproklamirkan diri untuk fokus, tawaran untuk mengikuti pelatihan dari teman-teman pun berdatangan. Salah satunya dari seorang teman yang berdomisili di Tg. Priok, yang awalnya menjadi contactku di bb, lanjut ketemuan cooking class, sampai akhirnya dia join TDA Jakut, seterusnya justru dia yang lebih fokus dalam usaha membesarkan bisnis frozen Risoles Montogg-nya. Ya, dia adalah Ais Masita sesama Free Yorkers hehe thanks banyak ya Ais, sukses selalu untukmu 🙂

Ais yang mengajak untuk ikutan Penyuluhan Kesehatan untuk mendapatkan Sertifikat Keamanan Pangan yang diselenggarakan oleh Binus University selama 2 hari di bulan Maret lalu. Sebetulnya aku udah pernah ikut acara serupa dan juga mendapat sertifikat atas nama Kalis Kukis. Penyuluhan diselenggarakan oleh Unilever dan langsung diberikan sertifikatnya, waktu itu sih seharian full kalau tidak salah. Sertifikat Keamanan Pangan adalah salah satu syarat untuk mendapatkan PIRT (Ijin Produksi Produk Olahan Rumah Tangga).

Oh iya, kami ikut Penyuluhan Keamanan Pangan ini di bawah bendera IWI (Ikatan Wirausaha Indonesia), salah satu komunitas UKM yang baru saja terbentuk legalitasnya tapi sudah banyak aktivitasnya yang terbukti sangat-sangat bermanfaat buat UKM pemula seperti saya.

Dalam Penyuluhan selama 2 hari tersebut, para Dosen Binus memberikan penjelasan mengenai banyak hal seputar Kemanan Pangan Produk, mulai dari kemasannya, proses produksi hingga strategi marketing untuk memasarkan produk.

Kenapa Binus sangat concern dalam memberikan edukasi sejenis kepada masyarakat? Rupanya dalam 2 tahun terakhir Binus baru saja membuka fakultas Teknologi Pangan dan merasa perlu untuk membuka diri pada masyarakat khususnya dunia usaha yang ingin menggali ilmu ataupun bersinergi dengan Binus.

Sayangnya kebanyakan dosen yang memberikan sharing hanya berdasarkan teori saja, karena mostly mereka belajar by the book, sementara untuk penerapan atau aplikasi atau prakteknya sangat-sangat kurang. Sementara kebanyakan pesertanya adalah praktisi yang benar-benar terjun langsung untuk membuat produk dan kemudian memasarkannya.

Anyway, senang banget sih bisa ikutan belajar di Binus, kampusnya kerennnn jadi berasa mahasiswa deh kita hahaha

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *