Tag Archives: seminar

Seminar Life Revolution Sambil Jalan2 di Surabaya

Ada yang pernah dengar Seminar Life Revolution dari TDW alias Tung Desem Waringin? Itu seminar yang bagus banget untuk memunculkan motivasi diri untuk kehidupan yang lebih baik. Ga caya? Cobain aja deh…

Jadi ceritanya saya sudah daftar Life Revolution dan di jadwal ada di awal Maret namun karena saya tidak bisa jadi saya daftar yang di Surabaya yang diadakan pada tanggal 23-25 Maret 2017 di Hotel JW Marriott Jl. Embong Malang, Surabaya. Boleh donk ya sekalian jalan-jalan 🙂

Tadinya saya rencana mau naik pesawat secara harganya gak beda jauh dengan kereta. Tapi karena masih ada rasa takut mengalami turbulensi lagi, opsi naik pesawat pun saya hilangkan hehe

Saya naik KA Argo Anggrek yang berangkat dari stasiun Gambir jam 21.30 dan tiba di Stasiun Pasar Turi jam 06.30. Rencananya sih setibanya di sana saya akan naik ojek online ke hotel Harris yang letaknya tidak jauh dari sekitaran Embong Malang dan mandi (baca: berenang) sekalian olahraga. Sudah browsing sih, fee sekitar Rp 75.000, dibanding kalau berenang di JW Marriott yang mahal bangettt Rp 250.000 boo untuk tamu. Ya wajar sih namanya juga hotel bintang 5 yaaa hehe

Namun rencana tinggal rencana karena di KA saya benar-benar tidak bisa menutup mata dengan damai eh tidak bisa tidur maksudnya. Saya tuh orangnya susah tidur kalau di kendaraan, kecuali capek banget kali yak… Ga baik untuk kesehatan kalau tidak tidur malamnya terus nyemplung di kolam, so baju renang yang saya bawa mubazir deh karena tidak dipakai hikss

Oh iya, saya kuatir aja sih gak boleh early check-in di homestay yang saya pesan. Saya stay di Capsule Homestay di Jl. Kedungdoro. Ternyata boleh lho, baik banget ya si Capsule.

Saat di Lamongan, kulihat matahari enggak bersinar, ahh mudah-mudahan di Surabaya cuaca cerah. Lamongan jadi ingat soto Lamongan dan juga shipyard-3 DRU (kantorku dulu) yang terletak di Lamongan.

Tiba di stasiun Pasar Turi, banyak bener yang menawarkan tumpangan berbayar, ya tukang ojek, taxi, juga mobil charteran, 20rb saja ke tengah kota mereka bilang.

Kulihat sekeliling, ada beberapa warung yang menjual “Soto”, di sebrang stasiun pun ada. Baiklah… tapi lagi gak pengen soto jadi aku terus saja berjalan. Jadi dari stasiun Pasar Turi, aku berbelok ke kiri, ketemulah beberapa warung tenda gitu, tapi kok sepertinya biasa aja ya, so lanjut padahal sih kakiku sakit karena bengkak. Entah kenapa itu kaki, dari rumah sih sudah terasa sakitnya tapi aku cuekin saja, secara sayang kalau batal karena aku udah beli tiketnya beberapa hari sebelumnya dan juga homestay sudah lunas kubayar.

Tiba di perempatan ke arah pasar Turi, kulihat tukang becak, iseng eh gak iseng juga sih, pengen aja menikmati Surabaya di waktu pagi dengan berbecak ria. Kutanya, “pak, kalau ke Kedungdoro berapa?” aku gak bisa boso Jowo euy, ngerti dikit2 aja sih hehe “limolas, mbak”, jiahhh daku dipanggil mbak 🙂 wah berarti gak jauh donk ya… eh tapi di belakang tukang becak, kulihat seorang ibu sedang membereskan sesuatu, ternyata itu adalah makanan jualannya. Ah sayang gak foto si ibu itu…

Dan kutemukan nasi jagung ini, kelihatan khan nasi jagungnya sedikit itu, menarik karena selain nasi jagung yang jarang2 kumakan, ada sayur pepaya, tempe yang setengah matang, ikan asin, dan sambal. Sambalnya enak lho… tambah bakwan jagung, makan pakai tangan saja wow mantappp… oh iya, si ibu menjajakan nasi jagung dan banyak makanan lainnya berkeliling, sebetulnya dia ngetem sih di suatu komplek, lupa komplek apa namanya. Selain nasi jagung, ada bakwan jagung, tahu pong, aneka kue seperti kue pisang nagasari, kue bugis, timus, dll, juga aneka pisang. Banyak lho pisang yang dia bawa. Gak kebayang kalau aku yang bawa, beratnya itu makanan, tapi si ibu karena sudah terbiasa jadi asyik2 aja… padahal dia bukan orang Surabaya, jadi dia naik kereta ke Surabaya. Orang apa gitu lupa hehe

 

Setelah sarapan, lanjut deh daku naik becak. Sudah lama gak naik becak jarak agak jauh, selain dari rumah ke depan komplek. Ya di kompleks rumahku masih ada sih tukang becak, tapi aku jarang naik becak karena selalu motoran kalau keluar rumah. Becaknya sama saja seperti di Jakarta, pendekkk sehingga kepalaku menyentuh bagian atas becak. Ternyata si bapak melewati jalan tikus gitu, gang-gang kecil lalu akhirnya sampai juga di lampu merah Embong Malang-Blauran-Kedungdoro. Belok deh ke kanan udah Jalan Kedungdoro.